BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori
Medis
1.
Pengertian
a. Respiratory
distress syndrome
Respiratory
distress syndrome (Sindrom gawat nafas) adalah istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan
nama Hyaline Membrane Disease (HMD) atau penyakit membrane hialin, karena pada
penyakit ini selalu di temukan membrane hialin yang melapisi alveoli (surasmi, 2003).
Respiratory
Distress Syndrome, (RDS) atau defisiensi surfaktan adalah suatu gangguan
perkembangan paru yang dimulai saat lahir atau segera setelahnya, menetap
selama 48 sampai 96 jam dan sembuh dieresis inisial dimulai (Paulette S, 2008).
Sindrom
gawat nafas atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada neonatus yang juga
disebut sebagai Hyaline Membrane Dosease (HMD), merupakan suatu penyakit
paru-paru akut pada neonatus yang disebabkan karena kekurangan surfaktan,
terutama bayi premature, dimana suatu membran yang tersusun atas protein dan
sel-sel mati melapisi alveoli (kantung udara tipis dalam paru-paru) sehingga
membuat kesulitan untuk terjadinya pertukaran gas (Anik, 2009).
Respiratory
Distress Syndrom, (RDS) ialah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnoe atau
hipernoe. dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis,
rintihan dan ekspirasi dan kelainan otot-otot pernafasan pada inspirasi (Arief
ZR,2009).
2.
Patofisiologi
Faktor-faktor yang mempermudahkan terjadinya
Respiratory distress syndrome pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih
kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding
thorak masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfakatan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal
tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal,
pernapasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia
berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui
bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang
Secara
makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti
hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang. Secara histology, adanya Atelektasis yang luas dari rongga udara bagian
distal menyebabkan udem intestisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan dequamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus
alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfakatan
ini. dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotraumas atau
volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan
epithelial sel jalan nafas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks
fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk
dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfakatan
mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah
komplek, pada bayi yang immature dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang
dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchpulmonal
Displasia (BPD). Gambaran radiologi tampak adanya retikogranular karena
atelektasis, dan air bronchogram. Gejala klinis yang progesif dari Resirasi
Dystress Syndroma adalah : Takipnea diatas 60x/menit, Grunting ekspirator,
subcostal dan interkostal retrakasi, Cyanosis, Nasal faring.
Pada
Bayi ektremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat
berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada Respirasi Dystress Syndroma yang
tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48
jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. selainjutnya
bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh
pada akhir minggu pertama.
3. Klasifikasi
Sindrom
gawat nafas/ Respiratory Distress Syndrome (RDS) dikelompokkan sebagai berikut:
a. Syndrom
gawat nafas Klasik/Clasik Respyratory
distress syndrome
Thoraks/dada berbentuk
seperti bel disebabkan karena kekurangan aerasi (underaration). Volume
paru-paru menurun, parenkhim paru-paru memiliki pola retikulogranuler difusi,
dan terdapat gambaran broncho gram udara yang meluas ke perifer.
b. Sindrom
Gawat Nafas Sedang-Berat/Moderately severe Respiratory Distress Syndrome
Pola retikulogranuler
lebih menonjol dan terdisribusi lebih merata. Paru-paru hypoaerated. Dapat
dilihat pada bronkhogram udara meningkat.
c. Sindrom
Gawat Nafas Berat/ Severe Respiratory Distress Syndrome
Terdapat
retikulogranuler yang berbentuk opaque pada kedua paru-paru area cystic pada
paru-paru kanan bisa manunjukan alveoli yang berdilatasi atau empisema
interstitial pulmonal dini.
4.
Faktor
resiko
Meskipun
sebagian besar bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD) adalah bayi premature (Anik,2009). Terdapat faktor-faktor lain yang
bisa menyebabkan timbulnya penyakit ini, seperti:
a. Bayi
Caucasian atau bayi laki-laki
b. Bayi
yang lahir sebelumnya juga mengalami HMD
c. Persalinan
Sectio Caesaria
d. Asfiksia
perinatal
e. Stress
dingin/ cold stress (suatu kondisi yang menekan produksi surfaktaan)
f. Infeksi
perinatal
g. Kelahiran
Kembar (bayi-bayi yang dilahirkan kembar biasanya prematur)
h. Bayi
dari ibu yang menderita Diabetes Melitus (terlalu banyak insulin dalam sistem
tubuh bayi yang disebabkan karena diabetes pada ibu dapat memperlambat produksi
surfaktan)
i. Bayi
dengan kelainan jantung PDA (Patent ductus Arteriosus)
j. Pada
prematuritas :
1) Produksi
surfaktan masih sedikit (defisiensi surfaktan). Komponen utama surfaktan adalah
lesitin, yang terdiri dari cytidine diphosphate cholin (C.D.P cholin) dan
phosphatidyldimethy etanolamine (P.M.D.E).
2) Surfaktan
diproduksi oleh sel ponemosit tipe II yang dimulai tumbuh pada gestasi 22-24
minggu, mulai aktif pada gestasi 24-26 minggu.
3) Surfaktan
mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu
4) Rasio
lesitin/spingomielin dalam cairan amnion.
5.
Komplikasi
Bayi-bayi dengan penyakit Membran Hialin
(HMD)/ syndrome Gawat Nafas Kadang-kadang dapat mengalami komplikasi penyakit
atau masalah sebagian efek samping dari tindakan. Beberapa komplikasi yang
berhubungan dengan Penyakit Membran Hialin (HMD) adalah:
a. Bocornya
udara pada jaringan paru-paru, seperti :
1) Pneumomediastinum-bocornya
udara ke dalam mediatinum (ruang dalam rongga thorak dibelakang sternum dan
antara dua kantung pleura yang melapisi paru-paru).
2) Pneumothoraks-bocornya
udara ke dalam ruang antara dinding dada dan jaringan paling luar dari
paru-aparu.
3) Pneumoperikardium-bocornya
udara kedalam lambung katung sekitar jantung.
4) Pulmonary
Interstitial Emphysema (PIE)-bocornys udsrs sehingga terperngkap diantara
alveoli, suatu kantung udara tipis pada paru-paru.
5) Penyakit
paru-paru kronik, kadang-kadang disebut “Bronhopulmonary dysplasia”.