Sabtu, 13 April 2013

RDS



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Teori Medis
1.    Pengertian     
a.    Respiratory distress syndrome
Respiratory distress syndrome (Sindrom gawat nafas) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru.  Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama Hyaline Membrane Disease (HMD) atau penyakit membrane hialin, karena pada penyakit ini selalu di temukan membrane hialin yang melapisi alveoli (surasmi, 2003).
Respiratory Distress Syndrome, (RDS) atau defisiensi surfaktan adalah suatu gangguan perkembangan paru yang dimulai saat lahir atau segera setelahnya, menetap selama 48 sampai 96 jam dan sembuh dieresis inisial dimulai (Paulette S, 2008).
Sindrom gawat nafas atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada neonatus yang juga disebut sebagai Hyaline Membrane Dosease (HMD), merupakan suatu penyakit paru-paru akut pada neonatus yang disebabkan karena kekurangan surfaktan, terutama bayi premature, dimana suatu membran yang tersusun atas protein dan sel-sel mati melapisi alveoli (kantung udara tipis dalam paru-paru) sehingga membuat kesulitan untuk terjadinya pertukaran gas (Anik, 2009).
Respiratory Distress Syndrom, (RDS) ialah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnoe atau hipernoe. dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis, rintihan dan ekspirasi dan kelainan otot-otot pernafasan pada inspirasi (Arief ZR,2009).

2.    Patofisiologi
 Faktor-faktor yang mempermudahkan terjadinya Respiratory distress syndrome pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorak masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfakatan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan  paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernapasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histology, adanya Atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan udem intestisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan dequamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfakatan ini. dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotraumas atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan nafas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfakatan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek, pada bayi yang immature dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchpulmonal Displasia (BPD). Gambaran radiologi tampak adanya retikogranular karena atelektasis, dan air bronchogram. Gejala klinis yang progesif dari Resirasi Dystress Syndroma adalah : Takipnea diatas 60x/menit, Grunting ekspirator, subcostal dan interkostal retrakasi, Cyanosis, Nasal faring.
Pada Bayi ektremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada Respirasi Dystress Syndroma yang tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. selainjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama.

3.    Klasifikasi
Sindrom gawat nafas/ Respiratory Distress Syndrome (RDS) dikelompokkan sebagai berikut:
a.    Syndrom gawat nafas Klasik/Clasik Respyratory distress syndrome
Thoraks/dada berbentuk seperti bel disebabkan karena kekurangan aerasi (underaration). Volume paru-paru menurun, parenkhim paru-paru memiliki pola retikulogranuler difusi, dan terdapat gambaran broncho gram udara yang meluas ke perifer.
b.    Sindrom Gawat Nafas Sedang-Berat/Moderately severe Respiratory Distress Syndrome
Pola retikulogranuler lebih menonjol dan terdisribusi lebih merata. Paru-paru hypoaerated. Dapat dilihat pada bronkhogram udara meningkat.
c.    Sindrom Gawat Nafas Berat/ Severe Respiratory Distress Syndrome
Terdapat retikulogranuler yang berbentuk opaque pada kedua paru-paru area cystic pada paru-paru kanan bisa manunjukan alveoli yang berdilatasi atau empisema interstitial pulmonal dini.

4.      Faktor resiko
Meskipun sebagian besar bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD) adalah bayi premature  (Anik,2009). Terdapat faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit ini, seperti:
a.    Bayi Caucasian atau bayi laki-laki
b.    Bayi yang lahir sebelumnya juga mengalami HMD
c.    Persalinan Sectio Caesaria
d.   Asfiksia perinatal
e.    Stress dingin/ cold stress (suatu kondisi yang menekan produksi surfaktaan)
f.     Infeksi perinatal
g.    Kelahiran Kembar (bayi-bayi yang dilahirkan kembar biasanya prematur)
h.    Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus (terlalu banyak insulin dalam sistem tubuh bayi yang disebabkan karena diabetes pada ibu dapat memperlambat produksi surfaktan)
i.      Bayi dengan kelainan jantung PDA (Patent ductus Arteriosus)
j.      Pada prematuritas :
1)   Produksi surfaktan masih sedikit (defisiensi surfaktan). Komponen utama surfaktan adalah lesitin, yang terdiri dari cytidine diphosphate cholin (C.D.P cholin) dan phosphatidyldimethy etanolamine (P.M.D.E).
2)   Surfaktan diproduksi oleh sel ponemosit tipe II yang dimulai tumbuh pada gestasi 22-24 minggu, mulai aktif pada gestasi 24-26 minggu.
3)   Surfaktan mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu
4)   Rasio lesitin/spingomielin dalam cairan amnion.


5.      Komplikasi
       Bayi-bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD)/ syndrome Gawat Nafas Kadang-kadang dapat mengalami komplikasi penyakit atau masalah sebagian efek samping dari tindakan. Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan Penyakit Membran Hialin (HMD) adalah:
a.    Bocornya udara pada jaringan paru-paru, seperti :
1)   Pneumomediastinum-bocornya udara ke dalam mediatinum (ruang dalam rongga thorak dibelakang sternum dan antara dua kantung pleura yang melapisi paru-paru).
2)   Pneumothoraks-bocornya udara ke dalam ruang antara dinding dada dan jaringan paling luar dari paru-aparu.
3)   Pneumoperikardium-bocornya udara kedalam lambung katung sekitar jantung.
4)   Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE)-bocornys udsrs sehingga terperngkap diantara alveoli, suatu kantung udara tipis pada paru-paru.
5)   Penyakit paru-paru kronik, kadang-kadang disebut “Bronhopulmonary dysplasia”.

1 komentar: